Suasana Webinar Model Pemberdayaan Masyarakat Adat sebagai Strategi dalam Percepatan Ekonomi Nasional, Selasa (29/9/2020).
CHANNELBALI Denpasar | Fakultas Ekonomia dan Humaniora Universitas Dhyana Pura (Undhira) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh (Unimal) menggelar webinar nasional bertajuk “Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Adat Sebagai Strategi Dalam Percepatan Pembangunan Ekonomi Nasional” secara daring/virtual, bersama anggota penelitian Dr. Dermawan Waruwu, M.Si Dan Dr. I Wayan Damayana, S.Th., M.Si., M.M, Selasa (29/9/2020).
Webinar nasional ini terselenggara atas kerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), Universitas Malikussaleh, Universitas Dhyana Pura dan Lembaga Pembelajaran Karakter & Konseling Undhira.
Dr. I Wayan Ruspendi Junaedi, S.E., M.A., Ketua Peneliti Hibah Penelitian Terapan Kemenristek/BRIN.
Webinar ini menghadirkan keynote speaker Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh, Dr. Muhammad Nazaruddin, M.Si. Dalam kesempatan itu ia memaparkan mengenai model pemberdayaan masyarakat Aceh dengan perspektif sosiologis.
Dr. M. Nazaruddin, S.S., M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh
“Pemberdayaan itu memiliki tiga proses yaitu: 1) memberikan dan menstimulus kekuasaan politik, 2) memberikan dan mendorong kemampuan materil agar lebih berdaya dan mandiri, dan 3) mendorong, memotivasi, mengedukasi, menggali, menstimulus, melatih, memberikan jaringan, dan mendampingi agar menemukan eksistensi diri.
“Berilah kail jangan ikannya. Ungkapan lama berbahasa Melayu yang menunjuk pada makna substansi empowerment. Ada semacam perintah bahwa upaya pemberdayaan memang harus diberikan, yang diberikan adalah sarana untuk mendapatkan hasil, bukan hasilnya. Hasilnya harus dicari sendiri oleh aktor yang diberdayakan”, katanya.
Dr. Dermawan Waruwu, M.Si Anggota Peneliti Hibah Penelitian Terapan
Para pembicara lainnya, juga mengisi dalam webinar ini seperti Kepala UPT. Inovasi dan Inkubator Binis Universitas Malikussaleh, yakni Dr Rusydi Abubakar, M.Si., dan Pengamat Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Dr. Amri, M.Si.
Dr Rusydi Abubar, M.Si., membawakan materi mengenai model pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh dan Dr Rusydi Abubakar, M.Si., mengantarkan materi mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh dari perspektif ekonomi politik dan pemerintah.
Tak hanya itu, webinar nasional ini juga menghadirkan Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan I Made Widiana, S.Sos.,M.Si., mengenai koperasi eksis di tengah krisis. Selanjutnya Kepala UPT Kehumasan dan Hubungan Eksternal Universitas Malikussaleh, Teuku Kemal Fasya, M.Hum., menyampaikan materi mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh dari perspektif antropologi.
Sementara dari Undhira, menghadirkan pembicara juga, yakni Kepala Bagian Kemahasiswaan, Training dan Alumni Dr Dermawan Waruwu, M. Si., mengenai pengembangan desa wisata dan Kepala Lembaga Pemberdayaan Karakter dan Konseling, serta Dr. I Wayan Ruspendi Junaedi, S.E., M.A.,sebagai Ketua peneliti Hibah penelitian terapan Kemenristek/BRIN dan yang memberikan materi mengenai kewirausahaan sosial. Webinar dipandu Dr. Rozanna Dewi, S.T.,M.Sc., selaku moderator dari Fakultas Pertanian Unimal.
Ruspendi menuturkan, hadirnya webinar nasional ini dikarenakan pihaknya mendapatkan hibah penelitian terapan dari Kemenristek/BRIN dari 2019 sampai 2021. Pada tahun ini pihaknya melakukan penelitian di tiga tempat, yakni di Jakarta dengan koperasi Jakarta Tentram Sejahtera (JTS), kedua di Bandung dan ketiga di Aceh,” ujarnya.
Kali ini, webinar dihadiri lebih dari 200 peserta, dari sabang sampai merauke. Sementara dalam webinar kali ini, panitianya merupakan gabungan antara Undhira dengan Unimal.
Ouput webinar ini diharapkan nanti akan mengerucut pada model pemberdayaan masyarkat adat Aceh. Oleh karena itu dalam webinar ini pihaknya meminta pembicara untuk memberikan materi mengenai pemberdayaan dari berbagai perspektif meliputi narasumber dari sosiologi, antropologi, ekonomi, pemerintahan , politik kewirausahaan dan desa wisata. “Dari sini akan muncul sebuah model (pemberdayaan masyarkat adat aceh),” imbuhnya.
Meski begitu, ia mengaku sudah mempunyai gambaran bahwa model pemberdayaan ekonomi adat itu memang berbeda-beda antara Bandung, Aceh dan Jakarta. Di Jakarta model pemberdayaan menggunakan koperasi Jakarta Tentram Sejahtera (JTS) sebagai suatu model pemberdayaan masyarakat adat betawi yakni Forum Betawi Rempug (FBR).
Sementara di Bandung, model pemberdayaan berbeda yakni melalui Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara. Di sana masyarakatnya berusaha susu dari sapi. Bagi masyarakat yang berusaha susu ini menjadi anggota dalam koperasi tersebut sehingga bisa meningkatkan kesejahteraannya.
Tak hanya itu, di Bandung juga terdapat kewirausahaan sosial dalam mempercepat perekonomian nasional dengan mengajak para UMKM yang tidak memiliki tempat. Mereka ditampung di suatu tempat seperti market dan UMKM tersebut tidak menyewa tempat tersebut.
Sementara di Bali sendiri ada Lembaga Perkreditan Desa (LPD), di Kalimantan terdapat Credit Union Betang Asi dan di Sumatera disebut dengan Koperasi Adat Ate Keleng. “Nah yang menjadi penekanan kami bagaimana di Aceh ini, pemberdayaan masyarakat adat Aceh ini seperti apa. Nah ini yang kami lihat,” jelasnya.
“Bagaimana nanti bisa mempercepat perekonomian nasional kalau tidak ada kewirausahaan sosial, kalau tidak ada koperasi, kalau tidak ada lembaga adat yang juga ikut membangun di suatu provinsi itu,” tegasnya. (ChannelPress)