Dosen Ilmu Politik Unimal Gus M Rizwan Haji Ali menjadi moderator dalam Seminar Kebangsaan NU. Foto : Ist
Banda Aceh - Dosen Program Studi Ilmu Politik, Fisipol, Universitas Malikussaleh, Dr M Rizwan Haji Ali, MA menjadi moderator dalam Seminar Kebangsaan yang menghadirkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, sebagai pembicara utama di Banda Aceh, Sabtu, 29/6/2024.
Dari rilis yang diterima Unimalnews menyebutkan Seminar Kebangsaan yang dilaksanakan Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) bersama PWNU Aceh dengan tema "Merawat Jagat dan Membangun Peradaban Bersama Ulama dan Dayah Aceh: Mencari Pemimpin Ideal untuk Aceh." Di samping Gus Yahya juga hadir Ketua Umum HUDA Tgk Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop) sebagai pembicara.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan pandangannya tentang kepemimpinan politik bergeser dari tangan para ahli ilmu ke tangan pihak lain dalam sejarah peradaban Islam.
Menurut Gus Yahya, sekarang ini terjadi kontradiksi dimana kesatuan dari wali ilmi dan wali dunia itu susah dipertahankan karena ilmu yang ada berkembang menjadi semakin kompleks. “Ahlul ilmi (ahli ilmu) tidak sempat lagi mengurus urusan dunia, mereka sudah habis waktunya buat ilmu, belajar dan berkhidmat kepada ilmu. Di sisi lain, kompleksitas yang terjadi hari ini semakin bertambah ketika orang-orang berkuasa bukan dari kalangan intelejensia,” ungkap Gus Yahya.
Menghadapi perubahan itu, Gus Yahya menyarankan supaya Aceh di samping menjadi Serambi Mekkah juga menjadi Serambi Indonesia dalam konteks yang baru.
Sementara Tu Sop menyampaikan pandangannya tentang adanya disparitas antara kapasitas kepemimpinan dalam yang digambarkan dalam fikih dengan kenyataan. “Sekarang, keadaannya, bagaimana menerapkan itu. Karena kita menyerahkan urusan ini pada yang bukan ahlinya. Yang memilih tidak ahli dalam memilih, yang dipilih tidak ahli untuk dipilih. Akhirnya negeri ini tidak terurus dengan baik sehingga terjadilah berbagai masalah. Jadi sekarang bagaimana membawa nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah dalam sistem yang sangat liberal sekali, “ kata Tu Sop.
Sementara M Rizwan sebagai moderator menyampaikan pentingnya peran kolaboratif antara ulama dan umara dalam membangun negeri. Saat ini tidak tepat lagi dikotomi, ulama dan umara, dengan peran yang bersifat parsialitas. Konteks perubahan politik dan kompleksitas problem kemasyarakatan-keagamaan memerlukan sosok yang kompleks juga menanganinya.
Seminar dihadiri oleh Rektor UIN Sumatera Utara, Prof Dr Nurhayati, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Mujiburrahman, sejumlah kepala dinas dan para politisi dari sejumlah partai lokal dan nasional di Aceh. Juga hadir para ulama kharismatik Aceh seperti Abu Mudi, Waled Nuruzzahri Samalanga, Abi Daud Hasbi, dan pimpinan MPU Aceh, termasuk unsur Forkompimda [tkf]